Sabtu, 17 Desember 2011

Inovasi dan Modernisasi

Inovasi dan modernisasi memang kata yang sering kali dikaitkan satu sama lain. Keduanya memang memiliki arti yang sama, yaitu perubahan. Namun keduanya tetap memiliki perbedaan. Lalu apa sebenarnya modernisasi dan apa perbedaannya dengan inovasi?


Modernisasi
Pada dasarnya modernisasi diartikan sebagai perubahan menuju yang lebih maju, lebih mudah, atau lebih menyenangkan .
Eissentadt menjelaskan bahwa menurut sejarahnya modernisasi adalah
proses perubahan sistem sosial, ekonomi, dan politik, yang telah berkembang di
Eropa Barat dan Amerika Utara dari abad ke 17 sampai abad ke 19, dan kemudian
telah berkembang pula di berbagai Negara di Eropa. Dalam abad ke 19 dan 20
berkembang pula ke Amerika Selatan, Asia, dan Afrika. Proses perkembangan
atau perubahan itu berlangsung secara bertahap, dan tidak semua masyarakat
berkembang dalam tahap urutan yang sama. Jadi modernisasi pada dasarnya
merupakan proses perkembangan, secara kebetulan Eropa Barat dan Amerika
Utara telah berkembang lebih dahulu, dan sekarang bangsa dari dunia ketiga
sedang berjuang untuk menyamakan diri mencapai status kehidupan modern.
Dengan kata lain modernisasi adalah bekerja sama dengan dunia dengan maksud
agar dapat meningkatkan hal-hal yang esensial dalam kehidupan, walaupun
mungkin juga terjadi kekacauan atau perpecahan. (M. Francais Abraham, 1980:4).

Untuk lebih menjelaskan apa itu modernisasi, berikut adalah beberapa definisi modernisasi menurut para ahli:
1. Everett Rogers. Modernization in the process by which individuals change
from a traditional way of life to a more complex, technologically advanced,
and rapidly changing style of life
. (Francis Abraham, 1980:5).
2.Inkeles, described modernity in terms of a number of psychological variables
that constitute a kind of mentality characteristic the typical modern man
.
(Francis Abraham, 1980:5).

Modernisasi bukan hanya perubahan pada individu, tetapi juga pada keseluruhan struktur masyarakat dan sistem sosial. Di antara tanda-tanda masyarakat yang sudah maju
(modern) ialah bidang ekonomi telah makmur, bidang politik sudah stabil,
terpenuhi pelayanan kebutuhan pendidikan dan kesehatan.

Inkeles mengemukakan secara detail tentang ciri-ciri manusia modern,
berdasarkan penelitiannya pada masyarakat yang industrinya sudah maju. Antara
lain ia mengemukakan bahwa ada 12 aspek yang menjadi tanda (karakteristik)
manusia modern yaitu:
1. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru.
2. Selalu siap menghadapi perubahan sosial.
3. Berpandangan luas.
4. Mempunyai dorongan ingin tahu yang kuat.
5. Berorientasi pada masa kini dan masa depan.
6. Berorientasi pada perencanaan.
7. Lebih percaya pada perhitungan dan perencanaan manusia ketimbang takdir.
8. Manusia modern menghargai keterampilan teknik dan juga menggunakannya sebagai dasar pemberian imbalan.
9. Wawasan pendidikan dan pekerjaan.
10. Manusia modern menyadari dan menghargai kemuliaan orang lain.
11. Memahami perlunya produksi.


Inovasi dan modernisasi keduanya merupakan perubahan sosial, perbedaannya hanya pada penekanan dan ciri perubahan.
Inovasi lebih menekankan pada menemukan sesuatu yang baru yang kemudian digunakan untuk memecahkan masalah, sementara modernisasi menekankan pada masyarakat yang bergerak kearah yang lebih maju.
Penerimaan inovasi adalah salah satu bukti masyarakat yang modern.

Sumber: Modul perkuliahan inovasi pendidikan.

Rabu, 14 Desember 2011

Inovasi Pendidikan

Inovasi Pendidikan

Pengertian Inovasi Pendidikan
     Inovasi adalah an idea, practice or object thatperceived as new by an individual or other unit of adoption. Menurut Prof. Azis Inovasi berarti mengintrodusir suatu gagasan maupun teknologi baru, inovasi merupakan genus dari change yang berarti perubahan. Inovasi dapat berupa ide, proses dan produk dalam berbagai bidang. Contoh bidangnya adalah :
· Managerial
· Teknologi
· Kurikulum
       Menurut Miles karakteristik inovasi adalah
· Deliberate
· Novel
· Specific
· Direction to goal attaintment
       Aspek pokok yang mempengaruhi inovasi adalah :
· Struktur
· Prosedur
· Personal

Inovasi yang berbentuk metode dapat berdampak pada perbaikan, meningkatkan kualitas pendidikan serta sebagai alat atau cara baru dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kegiatan pendidikan. Dengan demikian metode baru atau cara baru dalam melaksanakan metode yang ada seperti dalam proses pembelajaran dapat menjadi suatu upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Sementara itu inovasi dalam teknologi juga perlu diperhatikan mengingat banyak hasil-hasil teknologi yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, seperti penggunaannya untuk teknologi pembelajaran, prosedur supervise serta pengelolaan informasi pendidikan yang dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan pendidikan.
Praktisi Pendidikan dapat dikelompokan ke dalam :
1. Administrator terdiri dari :
    1. Principal
    2. Superintendent
    3. Teacher
      Dalam hal penerimaan atau sikap terhadap perubahan dua kelompok ini mempunyai pandangan dan sikap yang tidak selalu sama, karena peran yang dimainkan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan berbeda dan lingkungan kerja yang sering dijalani masing-masing juga berbeda
    Menurut Ernest R House, dalam pendidikan Administrator (Kepala dan Pengawas lebih mudah menerima inovasi disbanding guru karena :
  1. Sosial interaction inhibit diffusion across professional boundaries
  2. Teacher remain isolated in classroom which does not enhance the diffusion of new idea within the profession
  3. Never adopt innovation as a whole, only bits and pieces
  4. Passive adopter
    Dalam konteks Indonesia, inovasi pendidikan umumnya merupakan suatu gerakan yang bersifat top down,dalam arti inisiatif dalam melakukan inovasi selalu dating dari pihak pemerintah

Proses Inovasi

Proses Inovasi berkaitan dengan bagaimana suatu inovasi itu terjadi, di sini ada unsure keputusan yang mendasarinya, oleh karena itu proses inovasi dapat dimaknai sebagai proses keputusan Inovasi (Innovation decision Process). Menurut Everett M Rogers proses keputusan inovasi adalah the process through which abn individual (or other decision making unit) passes from first knowledge of an innovation,to forming an attitude toward the innovation, to a decision to adopt or reject, to implementation of the new ide, and to confirmation of this decision
Prinsip-prinsip Komunikasi dalam proses inovasi
  1. Mass media lebih penting/efektif pada tahap Knowledge
  2. Komunikasi interpersonal lebih penting/efektif pada tahap Persuasion
  3. Mass media lebih penting/efektif untuk adopter pemula 

Atribut Dan Sumber-Sumber Inovasi
§ Terdapat lima atribut inovasi :
    1. Relative Advantage
    2. Compatibility
    3. Complexity
    4. Trialibility
    5. Observability
§ Penjelasan :
  • Kondisi dimana inovasi dipandang lebih baik dari ide sebelumnya,yang nampak dari keuntungan ekonomis, pemberian status, atau cara lainnya 
  • Keadaan dimana suatu inovasi dipandang konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu, dan kebutuhan potensil adopter, atau inovasi itu dipandang sesuai dengan : 1) Socio cultural value and belief; 2) Previously introduces idea; 3) Clients needs for innovation
  • Keadaan dimana inivasi dipandang secara relative sulit difahami dan digunakan. Keadaan ini berpengaruh negatif terhadap tingkat adopsi.
  • Keadaan dimana suatu inovasi dapat diuji secara terbatas, kondisi ini berhubungan positif dengan tingkat adopsi.
  • Keadaan dimana hasil suatu inovasi dapat dilihat orang lain. Kondisi ini berhubungan secara positif dengan tingkat adopsi
§ Disamping hal tersebut di atas tingkat adopsi juga dipengaruhi oleh :
  1. Tipe keputusaninovasi (optional, kolektif, otoritas)
  2. Communication (Saluran komunikasi)
  3. Nature of Sosial system ( Norma, tingkat hubungan sosial)
  4. Extent of Change agents (upaya promosi)

Keinovatifan Dan Kategori Penerima Inovasi
Keinovatifan (Innovativeness) adalah the degree to which an individual or other onit of adoption is relativelyearlier in adopting new ideas than other member of a system (Everett M Roger)

§ Kategori Adopter :
  1. Innovator
  2. Early adopter
  3. Early majority
  4. Late majority
  5. Laggards
§ Ciri-cirinya :

Innovator :
    • Very eager to try new ideas
    • Desire the hazardous, the rash, thedaring, risky
    • Kosmopolitan
 Early adopter
    • Lokalist
    • Has the greater degree of opinion leader (berperan to decrease uncertainty about new idea by adopting it)
Early Majority
    • Deliberate before adopting a new idea
    • Follow with deliberate willingness in adopting innovation, seldom lead
Late majority
    • Adopt after average number of sosial system
    • Approach innovation with skeptical

Laggards
    • Reference to the past, including in decision making
    • Traditional
    • Suspicious to innovation and change agent

Proses inovasi pendidikan
Proses dan tahapan perubahan itu ada kaitannya dengan masalah pengembangan (development), penyebaran (diffusion), diseminasi (dissemination), perencanaan (planning), adopsi (adoption), penerapan (implementation) dan evaluasi (evaluation) (Subandiyah 1992:77)

Perubahan dan Inovasi Pendidikan
Pelaksanaaan inovasi pendidikan seperti inovasi kurikulum tidak dapat
dipisahkan dari inovator dan pelaksana inovasi itu sendiri. Inovasi pendidikan seperti yang dilakukan di Depdiknas yang disponsori oleh lembaga-lembaga asing cenderung merupakan "Top-Down Inovation". Inovasi ini sengaja diciptakan oleh atasan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan atau pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, ataupun sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi dan sebaginya. Inovasi seperti ini dilakukan dan diterapkan kepada bawahan dengan cara mengajak, menganjurkan dan bahkan memaksakan apa yang menurut pencipta itu baik untuk kepentingan bawahannya. Dan bawahan tidak punya otoritas untuk menolak pelaksanaannya.

Banyak contoh inovasi yang dilakukan oleh Depdiknas selama beberpa dekade terakhir ini, seperti Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Guru Pamong, Sekolah Persiapan Pembangunan, Guru Pamong, Sekolah kecil, Sistem Pengajaran Modul, Sistem Belajar jarak jauh dan lain-lain. Namun inovasi yang diciptakan oleh Depdiknas bekerjasama dengan lembaga-lembaga asing seperti British Council. USAID dan lain-lain banyak yang tidak bertahan lama dan hilang, tenggelam begitu saja. Model inovasi yang demikian hanya berjalan dengan baik pada waktu berstatus sebagai proyek. Tidak sedikit model inovasi seperti itu, pada saat diperkenalkan atau bahkan selama pelaksanaannya banyak mendapat penolakan (resistance) bukan hanya dari pelaksana inovasi itu sendiri (di sekolah), tapi juga para pemerhati dan administrator di Kanwil dan Kandep. Model inovasi seperti yang diuraikan di atas, lazimnya disebut dengan model 'Top-Down Innovation". Model itu kebalikan dari model inovasi yang diciptakan berdasrkan ide, pikiran, kreasi, dan inisiatif dari sekolah, guru atau masyarakat yang umumnya disebut model "Bottom-Up Innovation"

Ada inovasi yang juga dilakukan oleh guru-guru, yang disebut dengan "Bottom-Up Innovation". Model yang kedua ini jarang dilakukan di Indonesia selama ini karena sitem pendidikan yang sentralistis. Pembahasan tentang model inovasi seperti model "Top-Down" dan "Bottom-Up" telah banyak dilakukan oleh para peneliti dan para ahli pendidikan. Sudah banyak pembahasan tentang inovasi pendidikan yang dilakukan misalnya perubahan kurikulum dan proses belajar mengajar.
White (1988: 136-156) misalnya menguraikan beberapa aspek yang bekaitan dengan inovasi seperti tahapan-tahapan dalam inovasi, karakteristik inovasi, manajemen inovasi dan sistem pendekatannya.
Kennedy (1987:163) juga membicarakan tentang strategi inovasi yang dikutip dari Chin dan Benne (1970) menyarankan tiga jenis strategi inovasi, yaitu: Power Coercive (strategi pemaksaan), Rational Empirical (empirik rasional), dan Normative-Re-Educative (Pendidikan yang berulang secara normatif).
Strategi inovasi yang pertama adalah strategi pemaksaaan berdasarkan kekuasaan merupakan suatu pola inovasi yang sangat bertentangan dengan kaidah-kaidah inovasi itu sendiri. Strategi ini cenderung memaksakan kehendak, ide dan pikiran sepihak tanpa menghiraukan kondisi dan keadaan serta situasi yang sebenarnya dimana inovasi itu akan dilaksanakan. Kekuasaan memegang peranan yang sangat kuat pengaruhnya dalam menerapkan ide-ide baru dan perubahan sesuai dengan kehendak dan pikiran-pikiran dari pencipta inovasinya. Pihak pelaksana yang sebenarnya merupakan obyek utama dari inovasi itu sendiri sama sekali tidak dilibatkan baik dalam proses perencanaan maupun pelaksanaannya. Para inovator hanya menganggap pelaksana sebagai obyek semata dan bukan sebagai subyek yang juga harus diperhatikan dan dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan dan pengimplementasiannya.

Strategi inovasi yang kedua adalah empirik Rasional. Asumsi dasar dalam strategi ini adalah bahwa manusia mampu menggunakan pikiran logisnya atau akalnya sehingga mereka akan bertindak secara rasional. Dalam kaitan dengan ini inovator bertugas mendemonstrasikan inovasinya dengan menggunakan metode yang terbaik valid untuk memberikan manfaat bagi penggunanya. Di samping itu, startegi ini didasarkan atas pandangan yang optimistik seperti apa yang dikatakan oleh Bennis, Benne, dan Chin yang dikutip dari Cece Wijaya dkk (1991).
Di sekolah, para guru menciptakan strategi atau metode mengajar yang menurutnya sesuai dengan akal yang sehat, berkaitan dengan situasi dan kondisi bukan berdasarkan pengalaman guru tersebut. Di berbagai bidang, para pencipta inovasi melakukan perubahan dan inovasi untuk bidang yang ditekuninya berdasarkan pemikiran, ide, dan pengalaman dalam bidangnya itu, yang telah digeluti berbualan-bulan bahkan bertahun-tahun. Inovasi yang demikian memberi dampak yang lebih baik dari pada model inovasi yang pertama. Hal ini disebabkan oleh kesesuaian dengan kondisi nyata di tempat pelaksanaan inovasi tersebut. Jenis strategi inovasi yang ketiga adalah normatif re-edukatif (pendidikan yang berulang) adalah suatu strategi inovasi yang didasarkan pada pemikiran para ahli pendidikan seperti Sigmund Freud, John Dewey, Kurt Lewis dan beberapa pakar lainnya (Cece Wijaya (1991), yang menekankan bagaimana klien memahami permasalahan pembaharuan seperti perubahan sikap, skill, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan manusia.
Dalam pendidikan, sebuah strategi bila menekankan pada pemahaman
pelaksana dan penerima inovasi, maka pelaksanaan inovasi dapat dilakukan berulang kali. Misalnya dalam pelaksanaan perbaikan sistem belajar mengajar di sekolah, para guru sebagai pelaksana inovasi berulang kali melaksanakan perubahan-perubahan itu sesuai dengan kaidah-kaidah pendidikan. Kecenderungan pelaksanaan model yang demikian agaknya lebih menekankan pada proses mendidik dibandingkan
dengan hasil dari perubahan itu sendiri. Pendidikan yang dilaksanakan lebih mendapat porsi yang dominan sesuai dengan tujuan menurut pikiran dan rasionalitas yang dilakukan berkali-kali agar semua tujuan yang sesuai dengan pikiran dan kehendak pencipta dan pelaksananya dapat tercapai. Para ahli mengungkapkan berbagai persepsi, pengertian, interpretasi tentang inovasi seperti Kennedy (1987), White (1987), Kouraogo (1987) memberikan berbagai macan definisi tentang inovasi yang berbeda-beda. Dalam hal ini, penulis mengutip definisi inovasi yang dikatakan oleh White (1987:211) yang berbunyi: "Inovation more than change, although all innovations involve change." ( inovasi itu ... lebih dari sekedar perubahan, walaupun semua inovasi melibatkan perubahan).
Nichols menekankan perbedaan antara perubahan (change) dan inovasi (innovation) sebagaaimana dikatakannya di atas, bahwa perubahan mengacu kepada kelangsungan penilaian, penafsiran dan pengharapan kembali dalam perbaikan pelaksanaan pendidikan yang ada yang diangap sebagai bagian aktivitas yang biasa. Sedangkan inovasi menurutnya adalah mengacu kepada ide, obyek atau praktek sesuatu yang baru oleh seseorang atau sekelompok orang yang bermaksud untuk memperbaiki tujuan yang diharapkan.
Setelah membahas definisi inovasi dan perbedaan antara inovasi dan
perubahan, maka berikut ini akan diuraikan tentang kendala yang mempengaruhi pelaksanaan inovasi pendidikan.

Perkembangan Inovasi Pendidikan
Perkembangan pendidikan secara nasional di era reformasi, yang sering disebut-sebut oleh para pakar pendidikan maupun oleh para birokrasi di bidang pendidikan sebagai sebuah harapan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini dengan berbagai strategi inovasi, ternyata sampai saat ini masih belum menjadi harapan. Bahkan hampir dikatakan bukan kemajuan yang diperoleh, tapi “sebuah kemunduran yang tak pernah terjadi selama bangsa ini berdiri”.
Kalimat tersebut mungkin sangat radikal untuk diungkapkan, tapi inilah kenyataan yang terjadi dilapangan, sebagai sebuah ungkapan dari seorang guru yang mengkhawatirkan perkembangan pendidikan dewasa ini.
Tidak dapat dipungkiri, berbagai strategi dalam perubahan kurikulum,
Pada saat ini perkembangan dunia terjadi begitu cepat, yang bisa kita lihat dari perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi. Indonesia sebagai negara dunia ketiga harus mencermati hal ini apabila tidak ingin ketinggalan lebih jauh lagi. Pendidikan mempunyai peranan yang penting untuk kemajuan sebuah negara, karena melalui pendidikan generasi muda dapat menyerap perkembangan yang sedang terjadi dan bisa mengembangkan potensi dirinya untuk membangun peradaban bangsa.
Seiring dengan pesatnya perubahan yang terjadi, pada saat ini dunia telah memasuki era pengetahuan yang merupakan peralihan dari era industri. Menurut Trilling dan Hood dalam Hasan (2003) “Para peramal masa depan (futurist) mengatakan abad 21 sebagai abad pengetahuan karena pengetahuan akan menjadi landasan utama segala aspek kehidupan”. Guru merupakan ujung tombak keberhasilan dari pendidikan. Proses belajar mengajar yang berkualitas akan muncul dari guru yang berkualitas dan diharapkan dapat menghasilkan anak didik yang berkualitas pula.
Dalam upaya menjawab kebutuhan dan tantangan dunia global saat ini khususnya dalam perkembangan inovasi pendidikan dapat kita jadikan bahan kajian dan kita gali untuk dilakukan perubahan menjadi paradigma baru yang berlaku.
Aspek pertama adalah dalam hal metode pembelajaran, sejak dahulu metode pembelajaran kita selalu berorientasi dan bersumber hanya kepada guru dan berlangsung satu arah (one way), kita sepakat bahwa metode ini sudah tidak dapat dipertahankan lagi dengan tanpa mengenyampingkan bahwa GURU itu tetap harus menjadi insan yang patut di Gugu dan di tiRu. Sudah saatnya kini orientasi berubah tidak hanya kepada satu sumber saja (Guru), tetapi harus dilakukan berorientai kepada siswa dan secara multi arah, dengan terjadinya proses interaksi ini diharapkan akan menstimulir para siwa untuk lebih menumbuhkan tingkat kepercayaan dirinya, proaktif, mau saling bertukar informasi, meningkatkan keterampilan berkomunikasi, berfikir kritis, membangun kerja sama, memahami dan menghormati akan adanya perbedaan pendapat dan masih banyak harapan positif lainnya yang lahir dari adanya perubahan tersebut serta pada akhirnya siswa akan dihadapkan pada realitas yang sebenarnya dalam memandang dan memahami konteks dalam kehidupan kesehariannya.
Aspek kedua adalah menyangkut manajemen lembaga pendidikan itu sendiri, seperti kita alami selama ini dimana pada waktu sebelumnya sekolah hanya bergerak dan beroperasi sendiri-sendiri secara mandiri, maka dalam konteks pembelajaran masa kini dan kedepan setiap sekolah harus mempunyai dan membangun networking antar lembaga pendidikan yang dapat saling bertukar informasi, pengetahuan dan sumber daya, artinya sekolah lain sebagai institusi tidak lagi dipandang sebagai rival atau kompetitor semata tetapi lebih sebagai mitra (counterpart).
Memang jika kita pikirkan kembali kedua aspek paradigma baru ini dalam implementasinya tidak akan semudah seperti membalik telapak tangan, akan banyak ekses maupun aspek lainnya yang harus dipikirkan seperti misalnya berakibat akan adanya perubahan dan peran sebuah lembaga pendidikan yang selama ini kita pahami. Namun melalui konteks perubahan ini kelak akan jelas terlihat bagaimana sektor pendidikan akan dapat bersinergi dan seiring sejalan dengan kemajuan dan perkembangan teknologi, pengetahuan dan bisnis sekalipun, karena ouput dari suatu pendidikan menjadi lebih berkualitas.
1. Proses inovasi, adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh individu atau organisasi, mulai sadar atau tahu adanya inovasi sampai pada menerapkan.
2. Model-model proses inovasi yang berorientasi pada individu dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu Lavidge dan Stainter, Collay, Roger, Robertson, Shoemaker, Klunglan, Zaltman, dan Brooker.
3. Model-model proses inovasi pada organisasi dikemukakan oleh Milo, Sherpad, Hage, dan Aiken, Wilson, Zaltman, Duncan, Holbek.
4. Model proses inovasi dalam organisasi menurut Zaltman, Duncan, Holbek meliputi dua tahap, yaitu tahap permulaan, dan tahap penerapan (implementasi).
5. Tahap permulaan terdiri dari dua langkah, yaitu pengetahuan, dan kesadaran; langkah pembentukan sikap terhadap inovasi dan langkah pengambilan keputusan.
6. Tahap penerapan (implementasi) meliputi langkah awal mencoba menerapkan sebagian inovasi dan langkah kelanjutan pembinaan dan penerapan inovasi.


DAFTAR PUSTAKA
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=2741
http://dheo-education.blogspot.com/2008/05/inovasi-pendidikan.html